Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perjalanan Saya setelah lulus SMK

 Perjalanan Saya setelah lulus SMK


Banyak dari sebagian orang yang mengira bahwa ketika lulus dari sekolah menengah atas maka semua beban pikiran mengenai sekolah akan segera lebur dan sirna. Memang benar adanya kalimat tersebut, tapi tidak sedikit pula yang beranggapan bahwa saat inilah perjuangan akan dimulai. 



Mereka yang memutuskan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi akan memilih jalanya sendiri, mereka yang akan meneruskan bisnis orang tuanya akan mulai dikenalkan dengan dunia bisnisnya, dan mereka yang tidak ngin atau tidak bisa melakukan dua hal tersebut akan memilih untuk bekerja.

Ya benar, waktu berada di posisi tersebut saya memiih opsi ketiga sebagi satu – satunya pilihan terbaik yang saya miliki saat itu. Pada dasarnya, saya menamatkan pendidikan dari Sekolah Menengah Kejuruan yang tentu saja melatih para siswa didalamnya untuk siap bekerja setelah lulus nanti. 

Anehnya tidak disangka juga Saya dipilih menjadi wisudawan terbaik di Jurusan saya waktu itu. Memang senangnya bukan main, tapi Nilai Ujian Naional saya tidak sesuai dengan yang saya harapkan. Ya tentu saja, saya memiliki digit pertama berangka 2, sedangkan yang saya harapkan 3.



Dengan spontan waktu itu fikiran saya terbang ke masa depan, memang saya ini pemikir keras. Gimana nggak, Nilai UN sangat berpengaruh untuk seorang lulusan SMK mendaftar ke Perusahaan yang Bonafit (bagus,terkenal). Namun apa lagi yang harus saya sesalkan, toh semuanya sudah selesai. 

Hari berlalu, bulan bersinggah ke bulan lain. Itulah momen pertama kali bagi saya untuk merasakan jengkelnya menjadi seorang pengangguran. Tidak terasa setelah dinyatakn lulus dan diwisuda saya sudah tidak memiliki posisi sebagai pelajar ataupun pekerja. 

Lima bulan bukanlah waktu yang mudah untuk saya lewati. Berkali – kali pula saat itu saya telah ditolak oleh perusahaan – perusahaan yang saya lamar. Ternyata bukan masalah nilai, lalu apa? Ternyata saya yang memiliki myopia (rabun jauh) menjadi kendala utama ketika proses akhir recruitment yaitu pada saat Medical Check Up. 



Tidak pernah saya bayangkan, ternyata myopi ini menerjalkan saya untuk meraih keberhasilan. Kecewa, frustasi, dan bingung terus menghampiri dan membuat goyah fikiran saya untuk bekerja di perusahaan manufactur.

Akhir dari perjalanan 5 bulan tersebut adalah hasil. Tepat, saya diterima perusahaan manufatur tanpa mementingkan myopi yang saya miliki ini. Memang bukan perusahaan terkenal, tapi siapa sangka saya akan memiliki banyak pengalaman menarik nantinya setelah masuk ke dalam perusahaan ini.



Misi perantau pun dimulai bulan September 2018. Saya berangkat ke ‘negri perantau’ dengan pengalaman saya yang masih nol. Terlebih lagi saya tidak mengenal orang lain yang lolos ke perusahaan ini, karena waktu itu hanya saya yang dinyatakan lolos dari delegasi sekolah saya.

Operator Produksi adalah jabatan saya di perusahaan ini, memegang peranan penting untuk kualitas produk perusahaan. Saya menimatinya, menelan mentah – mentah seluru asam dan garam yang saya terima. Perjalan berlalu dan tibalah hari yang paling saya takutkan, tidak aa dalam planning dan tidak pernah saya bayangkan pada waktu itu.

Pandemic muncul merubah segalanya yang sudah tertata rapi. Ya, seluruhnya di PHK (Putus Hubungan Kerja). Seluruh karyawan kontrak perusahaan di PHK, termasuk saya. Pandemic ternyata berakibat fatal terhadap produksi perusahaan. 



April 2018, saya kembali ke kampung membawa uang kompensasi yang tidak begitu banyak dan sejumlah tabungan saya. Saya menikmati sensasi pengangguran yang sangat memuakan ini, lagi dan lagi selama 5-7 bulan lamanya.

Dalam fase tersebut saya kembali melamar pekerjaan ke sejumlah perusahaan yang lagi – lagi, rata – rata mereka memberi syarat pada penderita myopi. 

Namun jangan salah, setelah melewati fase tersebut saya kemudian kembali bekerja, dan masuk ke perusahaan Bonafit. Saya bekerja kembali dan mengabdikan seluruh hidup saya kepada perusahaan, saya tidakm pernah pulang kampung bahkan hingga saat ini. 

Cuti perusahaan? Memang saya mendapatkan cuti karena saya telah bekerja selama lebih dari satu tahun. Tetapi ada kejadian menarik, bahwa saya akan diangkat menjadi karyawan tetap pada waktu itu, dan mengharuskan saya untuk memulai kontrak kerja saya dari awal lagi tapi sebagai karyawan tetap yayasan. Semua cuti yang saya miliki hangus. Saya harus menunda untuk pulang ke kampung lagi. 

Tapi paling tidak saya bangga terhadap diri saya, karena mendapatkan sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan kedepanya sebagi pegawai tetap ini. Setidaknya saya tidak perlu lagi untuk melamar ke perusahaan lain lagi setelah masa kontrak saya habis seperti dulu. 

Oh iya, saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan sembari bekerja di salah satu perguruan tinggi negeri. Sya berharap bisa menamatkan pendidikan ini dan meng-upgrade karir saya kedepanya. 




Bekerja dan kuliah, apakah mungkin? Tidak ada yang tidak mungkin selama kita mencobanya, apalagi banyak yang sudah membuktikan paradigma ini. 

Begitulah ‘rentetan’ perjalanan saya setelah lulus SMK. Jangan pernah mengeluh kepada keadaan, jangan pernah berfikir kamu sendiri dan jangan pernah kamu menghakimi diri sendiri karena keterbatasan yang kamu miliki. Sekian dari cerita ini, jangan lupa tinggalakn komentar kamu ya!

Salam, 

Posting Komentar untuk " Perjalanan Saya setelah lulus SMK"